Senin, 23 Juni 2014

Konsepsi HAM (Perspektif Buku Sadako and The Thousand Paper Cranes)

"Apakah nilai yang harus dibawa di dalam HAM harus dipahami oleh anak kecil, jiwa polos yang mengerti bahwa kehidupan harus di pandang sebagai tujuan perdamaian dunia yang murni?"*

Cover buku "Sadako and The Paper Cranes" karangan Eleanor Coerr (Gambar: wikipedia.org)

Sebuah pembahasan HAM pasti tidak bisa di abaikan dari peran hak universal, intersubjektivitas dan yang dimiliki oleh semua orang dalam waktu yang tidak terbatas, sesuatu yang tidak dapat dicabut tanpa ada proses pengadilan, suatu hak yang dimiliki manusia karena dia (baik laki-laki maupun perempuan) adalah manusia (Cranston, 1973;36). Konsep ini juga diteruskan dengan bagaimana pandangan yang harus lebih luas terhadap segala jenis perbedaan yang ada dalam diri manusia seperti perbedaan jenis kelamin, agama, warna kulit, suku, ras dan lain-lain. 

Dilihat dari sejarahnya, konsepsi HAM sendiri merupakan produk-produk negara barat melalui pentolan andalannya yaitu Rosseau, Montesqiue, dan John Locke yang dimulai pada abad 17-an. Dimulai juga dari negara-negara seperti halnya Amerika Serikat , Prancis, Inggris. Dari pandangan negara Asia sendiri, perkembangan HAM ini dimulai dari negara China. Di sana dijelaskan bahwa ada suatu konsep yang muncul dan dibangun dengan nama “Asian Values”. Konsep ini timbul sebagai konstruksi kebudayaan yang diciptakan oleh tokoh-tokoh politik di negara-negara Asia untuk memenuhi berbagai tujuan tertentu. Asian Values tersebut direncanakan dengan tujuan agar peraturan-peraturan otoriter mereka mendapatkan legitimasi ketika rezim komunis otoriter di Eropa hancur. Dalam hal ini dapat disimpulkan adalah sebuah konsepsi HAM sebenarnya dapat didesain oleh bagaimana suatu aktor memunculkan faktor penting yang membangun suatu nilai yang disesuaikan dengan kepentingannya. 

Berbicara kepentingan, kita dapat lihat bagaimana nilai-nilai HAM yang dibangun saat ini selalu berbenturan dengan nilai-nilai yang dibangun oleh suatu negara, contohnya bagaimana terbenturnya nilai dari hukum syar'i dalam negara Islam yang berbenturan oleh nilai HAM yang sekarang manusia di bumi pahami.

Saya mencoba menarik bagaimana konsep HAM tersebut dapat dibangun dengan mengamati pola aktor secara individu yang secara langsung terkena dari dampak kesepakatan pelanggaran yang disepakati bersama dari pernyataan presiden Amerika Serikat pada tahun 1941 yaitu Theodore Roosevelt. Yaitu Empat Kebebasan (The Four Freedoms), yakni kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat (freedom of speech), kebebasan beragama (freedom of religion), kebebasan dari ketakutan (freedom from fear), dan kebebasan dari kemiskinan (freedom from want).

Sadako and The Thousand Paper Cranes adalah sebuah buku yang menceritakan peristiwa pelanggaran HAM yang cukup berat dilakukan oleh Amerika Serikat  terhadap rakyat sipil jepang dalam Bom Hiroshima dan Nagasaki (pandangan pribadi yang sampai saat ini belum saya temukan dalam data resmi peristiwa HAM terberat yang dilakukan Pelaku perang yaitu Amerika Serikat).  Pada saat ledakan itu, Sadako sedang berada di dalam rumah, sekitar 1 mil dari titik ledakan bom. Pada Januari 1955, bintik-bintik ungu sudah mulai terbentuk dan menjadi gumpalan yang membesar. Kemudian, dia didiagnosis dengan leukemia sebagai penyakit yang dideritanya, penyakit itu kemudian disebut sebagai “Sebuah Penyakit Bom Atom”.

Konsep yang dibawa Sadako tentang bagaimana seharusnya perdamaian dunia dibangun sungguh sangat sederhana, Ia mencoba untuk membuat 1000 paper cranes (origami berbentuk burung). Dalam kepercayaan masyarakat jepang, Seribu bangau kertas (千羽鶴 / Senbazuru) adalah kumpulan origami berbentuk bangau (鶴 / tsuru) yang dirangkai bersama dengan benang. Legenda Jepang menyatakan bahwa siapapun yang melipat kertas-kertas menjadi seribu bangau maka satu permohonannya akan dikabulkan. Dilatarbelakangi oleh kepercayaan rakyat Jepang bahwa bangau adalah salah satu makhluk suci (yang lainnya adalah naga dan kura-kura), dan konon dapat hidup selama ribuan tahun. Di Jepang, sudah biasa diceritakan bahwa melipat seribu bangau kertas dapat mengabulkan permohonan seseorang. Ini membuatnya menjadi hadiah spesial bagi keluarga dan teman.

Esensi seperti ini dapat dikaitkan ada kebebasan pada ketakutan, bagaimana Sadako memberikan pemahaman yang tersirat tentang seharusnya bagaimana konsep HAM sendiri yang dirasakan korban perang sebagai bentuk murni dalam makna memahami dasar substansial terbentuknya makna penting dan nilai yang harus kita bawa dalam memahami persoalan HAM. Dapatkah fungsi HAM kita amini apabila nilai yang dibawa oleh negara-negara pelopor HAM saat ini dapat mengorbankan esensi tersebut demi memperkokoh pondasi dari nilai HAM yang dibangunnya?

Sebuah konstruksi dapat dilihat di saat perang Dunia ke-II bagaimana negara-negara pelopor HAM menyebarkan nilai tersebut dengan melawan kekuatan yang melawan, menyebarkan ideologi demokrasi walaupun yang dilakukan untuk usaha tersebut harus melawan esensi HAM yang dibawanya?

Setelah kematiannya, teman-teman Sadako menerbitkan kumpulan surat-surat dalam rangka untuk membantu mengumpulkan dana untuk membangun kembali Kota Hiroshima dan peringatan kepada semua anak-anak yang telah mati akibat bom atom. Pada 1958, sebagai simbol dari dampak dari perang nuklir itu dibuatlah sebuah patung Sadako Sasaki yang dibuat didepan Peace Memorial Park di Hiroshima. Dia dan semua anak-anak yang dibunuh oleh bom atom itu menyertakan sebuah surat yang diukir pada ukiran batu yang bertuliskan “Ini adalah teriakan kami, ini adalah doa kami untuk perdamaian di dunia."

Diceritakan, dikatakan di beberapa sekolah di Jepang mendedikasikan satu hari dalam setahun, yaitu pada 6 Agustus sebagai hari "Perdamaian Tahunan" untuk mengenang Sadako Sasaki dan orang-orang yang telah menjadi korban dari bom Hiroshima. Setiap hari peringatannya, cranes terus dibuat oleh anak-anak dari seluruh Jepang dengan harapan untuk perdamaian.

これはぼくらの叫びです これは私たちの祈りです 世界に平和をきずくための. (Kore wa bokura no sakebi desu. Kore wa watashitachi no inori desu. Sekai ni heiwa o kizuku tame no).

"Ini adalah seruan kami. Ini adalah doa kami. Untuk membangun kedamaian di dunia."

その後、鳥の紙の魂、飛行、ねじれや追い越し、空間、距離と時間の次元に、彼らの要求を許可する… とマニフェストに、同じの大きな夢と希望を持つ別の人間の子を探します!(Sonogo, tori no kami no tamashī, hikō, nejire ya oikoshi, kūkan, kyori to jikan no jigen ni, karera no yōkyū o kyoka suru… To manifesuto ni, onaji no ōkina yumetokibō o motsu betsu no ningen no ko o sagashimasu!)

"Jiwa-jiwa burung kertas, kemudian terbang, meliuk dan menyalip, ke dalam dimensi ruang, jarak dan waktu, mengabulkan permintaan mereka… dan mencari anak manusia lain dengan mimpi serta harapan besar yang sama, untuk di wujudkan!”


*MIY, Mahasiswa HI FISIP UB 2012, Lulus secepatnya :)
 

Delivered by FeedBurner